Jumat, 18 November 2011

puisi (waktu masih) remaja

Masa remaja adalah masa yang paling indah (kata syair lagu pop). Masa ketika individu mencari jati diri, mengeksplor segenap potensi yang ada. Ketika aktifitas itu melahirkan karya nyata.Itulah namanya aktualisasi. Aku ada karena aku berkarya.

Kala itu predikat ‘penyair’ adalah suatu yang membanggakan, mungkin sama seperti remaja sekarang yang jago ngeband.

Dengan berbekal mesin ketik brother portabel lahirlah puisi-puisiku. Apalagi ketika sedang jatuh cinta maka semakin gencarlah puluhan puisi itu lahir dari hentakan ketikan ‘sebelas jari’ ku. Beberapa judul sempat dipublikasikan media daerah maupun pusat, beberapa pula diberi honor ada juga yang honornya tidak cukup untuk menutup pengeluaranku yang sudah terlanjur nraktir teman-teman. Nasiib.

Berikut ini puisi (remaja) ku yang  dimuat di rubrik Sinar Remaja harian Sinar HarapanAsbabun Nuzul nya adalah ketidak beranianku untuk menyatakan perasaan kepada teman sekelas. Ketika setahun kemudian puisi itu dimuat di media., Kami sudah sama sama kuliah diluar kota dan sidia kebacut dipacari kakak kelas kami.
Kojur po raa?.

            Kepada ‘A’

Mungkin takkan pernah sampai
Gelisah yang terkirim lewat mimpi
                                    dan angin

Pada siapa rindu kupacu
Pada apa dendam kusimpan
Dari tikaman manik matamu


           
PERJUMPAAN

Sapalah segala yang ada
Setelah hujan membasahi senja
                        Dan menyiapkan kaca
Ternyata kita belum terlalu lelah
                        Membicarakan cinta
Yang sembunyi dibalik mega-mega


            KICAU BURUNG

Kicau burung yang menyusup lewat
sela daun mangga bersama hangatnya
mentari pagi:
            adalah sebuah misteri
            pada siapa rindu kubagi

Kicau burung yang menggetarkan ibaku
dan terbang entah kemana:
            adalah sebuah duka
            yang tertinggal dari kibasan
            sayap lukanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar